FEBI UIN SAIZU

Sejarah

Paparan sejarah keberadaan kampus perguruan tinggi yang sekarang menjadi IAIN Purwokerto ini menunjukkan bahwa kampus ini memiliki perjalanan yang sudah cukup panjang, berdiri sejak tahun 1962 atas inisiatif dan dukungan yang sangat besar dari tokoh masyarakat yang berasal dari kalangan yang beragam. Dukungan tersebut sampai sekarang terus bertambah besar sejalan dengan dinamika perkembangan masyarakat Purwokerto dan sekitarnya.

Keniscayaan perubahan status kelembagaan kampus ini dari bentuknya sebagai Sekolah Tinggi menjadi Institut tidak hanya didasarkan pada tilikan regulasi pendidikan tinggi yang berlaku di Indonesia, akan tetapi didasarkan pula pada dinamika akademis Kajian Islam (Islamic Studies) dan diversifikasi fungsi sosial yang terejawantah dalam diversifikasi profesi yang dibutuhkan dalam rangka mengikuti perkembangan dinamika sosial yang sangat cepat, termasuk dalam bidang kehidupan yang terkait dengan agama.

Berbagai hasil pencermatan sebagaimana yang diutarakan itulah yang kemudian mengantarkan kami pada kesimpulan bahwa perubahan status atau pengembangan bentuk kelembagaan dari STAIN Purwokerto menjadi IAIN Purwokerto merupakaan sebuah keniscayaan.

Dalam perspektif historis, pembidangan ilmu agama di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) tidak lepas dari maksud dan tujuan awal didirikanya lembaga tersebut. Dalam Peraturan Presiden No. 11 tahun 1960, pasal 2 disebutkan  bahwa “Institut Agama Islam Negeri (IAIN) bermaksud untuk memberi pengajaran tinggi dan menjadi pusat untuk mengembangkan dan memperdalam ilmu pengetahuan agama”. Pasal ini seterusnya menyatakan bahwa  arah pengembangan PTAI dapat diarahkan pertumbuhanya ke arah Universitas Al-Azhar Mesir.

Berdasarkan pernyataan di atas maka tampak bahwa IAIN sejak awal di desain untuk mengikuti pola Universitas Al-Azhar Mesir. Bahkan untuk mempersamakan IAIN dengan Universitas Al-Azhar hampir semua nama fakultas  di lingkungan IAIN menggunakan bahasa Arab, sama seperti nama fakultas pada Universitas Al-Azhar.

Rancang bangun keilmuan yang ada di IAIN yang kemudian dituangkan dalam kurikulum yang lebih berorientasi pada penguasaan materi (maddah) yang berporos pada cabang keilmuan yang sudah mapan seperti Tafsir al-Qur’an wa ulumuhu, al-Hadits wa ulumuhu, al- Fiqh wa ushuluhu, ilmu Tasaawuf dan ilmu Kalam. Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih didominasi dengan pendekatan doktriner dengan mengedepankan aspek hafalan dan kering dari analisis-kritis. Faktor inilah yang antara lain menyebabkan kajian-kajian keislaman tidak berkembang dan selalu kehilangan relevansinnya dengan arus modernitas dengan kecanggihan ilmu dan teknologi.

Pada saat yang bersamaan, transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi di negara-negara berkembang ternyata memunculkan problem baru dalam dunia pendidikan. Salah satu kekhawatiran manusia yang paling puncak di abad mutakhir ini adalah hancurnya rasa kemanusiaan manusia dan hilangnya semangat religius dalam segala aktifitas kehidupanya.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi  di satu sisi telah menciptakan berbagai kemudahan hidup dan meningkatkan kesejahteraan yang bersifat materiil, tetapi di sisi lain teknologi modern juga telah menyeret manusia pada kegersangan dan kebutaan spiritual.

Dalam situasi  seperti ini, transformasi nilai-nilai etika ilahiyah melalui lembaga pendidikan memegang peranan yang signifikan dalam ikut meluruskan penyimpangan-penyimpangan akibat ekses negatif IPTEK.

Orientasi dasar dari pendidikan yang berbasis agama adalah upaya memanusiakan manusia dengan menekankan harmonisasi hubungan, baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan alamnya, yang ditopang dengan nilai-nilai ilahiyah.

Pendidikan berwawasan kemanusiaan berarti bahwa pendidikan harus memandang manusia sebagai subjek pendidikan bukan sebaliknya menjadi objek. Oleh karena itu pendidikan dimaksudkan sebagai upaya memperkenalkan manusia akan eksistensi dirinya, baik sebagai diri pribadi yang memiliki ‘hurriyatul iradah’ maupun sebagai hamba Allah yang terikat oleh hukum normatif/syari’ah.

Lembaga pendidkan tinggi Islam pada umumnya masih mengikuti platform keilmuan Islam klasik yang didominasi oleh ‘ulum al-syar’iyyah. Memasuki periode modern, tradisi itu mengalami kesenjangan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah sangat kuat mempengaruhi ummat manusia hingga kini.

Kesenjangan itu telah menghadapkan dunia pendidikan tinggi Islam menghadapi tiga situasi buruk : pertama, lahirnya dikhotomi yang berkepanjangan antara ilmu agama dan ilmu umum ; kedua, keterasingan pengajaran ilmu-ilmu agama dari realitas kemodernan ; dan ketiga, menjauhnya kemajuan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai agama.

Merespon ketiga situasi tersebut, di antara para sarjana muslim modern ada yang mengusulkan perlunya usaha pemaduan ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu modern. Terkait dengan permasalahan di atas, PTAI di Indonesia juga memberikan respon yang masih agak lambat dengan melakukan sejumlah langkah perubahan dan pembenahan.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam merupakan salah satu Fakultas yang dimiliki IAIN Purwokerto, di samping Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kependidikan, Fakultas Syari’ah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora. Hal ini terjadi setelah terjadi proses transformasi STAIN Purwokerto menjadi IAIN Purwokerto ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 139 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014, kemudian seremonial peresmian transformasi institusi tanggal 19 Desember 2014 diresmikan oleh Presiden Jokowi di Istana Negara Jakarta dilanjutkan dengan Launching IAIN Purwokerto dihadiri Menteri Agama Republik  Indonesia H. Lukman Hakim Saifuddin pada tanggal 26 Mei 2015 dibuktikan dengan penandatanganan prasasti peresmian gedung rektorat IAIN Purwokerto sebagai lambang pusat tata kelola institusi. Pada proses transformasi ini IAIN Purwokerto terdapat lima fakultas penyangga institusi yaitu Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kependidikan, Fakultas Dakwah dan komunikasi Islam, Fakultas Syari’ah dan Hukum Islam, Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam memiliki jurusan Ekonomi Syari’ah, Perbankan Syari’ah untuk strata satu dan untuk program Manajemen Perbankan Syari’ah merupakan program Diploma tiga. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam  memiliki tanggungjawab untuk menerjemahkan ilmu keislaman dan sosial pada tatanan praktis (humanisasi ilmu-ilmu Keislaman). Hal ini mendorong Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam  membenahi soft skill mahasiswanya dengan melakukan upaya sistematis praktis dan integralistis melalui penguasaan ilmu ekonomi dan bisnis Islam secara teoritis dan praktis. Hal ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pemikiran serta mampu memberikan problem solving pada permasalahan ekonomi, sosial dan kemasyarakatan.

Pendirian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam tidak dapat dilepaskan dari pesatnya pertumbuhan sektor ekonomi yang berbasis syari’ah seperti perbankan syari’ah, asuransi syari’ah (takaful), lembaga keuangan mikro syariah, perhotelan, dan bisnis lainnya yang pengelolaannya dilakukan secara syari’ah. Industri perbankan syariah yang ditargetkan mencapai market share lima persen membuat pengembangan pendidikan Ekonomi Islam harus selaras dengan kebutuhan masyarakat. Target tersebut harus didukung pula oleh Sumber Daya Manusia yang berkualitas, sehingga diperlukan banyak penambahan SDM baru.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam membuat ajang intellectual exercise  dan berusaha berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan yang bisa diakses secara luas oleh masyarakat dengan menerbitkan jurnal El-Jizya yang memfokuskan kajian pada bidang ekonomi syari’ah dan perbankan syari’ah. Lahirnya jurnal tersebut, diharapkan menjadi eksplorasi bagi sivitas akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Purwokerto sehinggi keunggulan intelektual mampu menjadi agen of change.

Skip to content